Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Renungan Harian Katolik Kamis, 17 Februari 2021

Renungan, Harian, Katolik, Kamis 17 Februari 2022

Bacaan Pertama: Yakobus 2:1-9

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman kalian amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada orang yang memakai cincin emas dan pakaian indah masuk ke dalam kumpulanmu, dan masuk pula ke situ seorang miskin yang berpakaian buruk, dan kalian menghormati orang yang berpakaian indah itu serta berkata kepadanya, “Silakan Tuan duduk di tempat yang baik ini!” sedangkan kepada yang miskin kalian berkata, “Berdirilah di sana!” atau “Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!” bukankah kalian telah membuat pembedaan dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?

Dengarkanlah, saudara-saudara terkasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada siapa saja yang mengasihi Dia? Tetapi kalian telah menghina orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kalian dan yang menyeret kalian ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang membuat kalian menjadi milik Allah? Camkanlah, jika kalian menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” kalian berbuat baik. Tetapi jika kalian memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.

Mazmur: 34:2-3.4-5.6-7 R:7a

Orang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkannya.

  1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
  2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
  3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Bacaan Injil: Markus 8:27-33

Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” Para murid menjawab, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.”

Yesus bertanya lagi kepada mereka, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Maka Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias!” Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya.Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya, “Enyahlah Iblis! Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Renungan

Sikap memandang muka berdasarkan kekayaan atau penampilan lahiriah orang, ditunjukkan sebagai suatu dosa yang amat besar. Yakobus menegaskan bahwa berbagai kejahatan kerap kali disebabkan oleh kekayaan dan kebesaran duniawi. Kedosaan yang mendalam terjadi ketika orang bertumpu pada kemegahan duniawi bukan mengandalkan kehendak Allah. ”Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?” (Yak. 2:6-7).

Sikap mencintai sesama tanpa memandang muka yang dilakukan Yesus ditampakkan dalam pengakuan banyak orang bahwa Ia adalah seorang nabi. Panggilan kenabian adalah panggilan untuk mewujudkan apa yang benar menurut kehendak Allah dengan berjuang melakukan perbuatan-perbuatan baik terlebih bagi mereka yang menderita.

Yesus mengajak para murid tidak hanya berhenti pada perilaku kemanusiaan saja melainkan menyikapi aneka persoalan sosial sebagai orang beriman. Pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias sangat jelas maknanya. Bahwa mengakui Yesus sebagai Mesias tidak lain adalah meletakkan iman akan Yesus melebihi hiruk pikuk duniawi.

Mengakui Dia sebagai Mesias pasti akan mendidik kita untuk mencintai sesama dan membebaskan mereka yang menderita. Dengan kata lain, kalau ada orang kristiani masih memandang muka artinya dia tiak beriman kepada Yesus sebagai Mesias. Mungkin hanya berhenti pada agama sebagai formalitas saja.