Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Renungan Harian Katolik Rabu, 16 Februari 2022

Renungan, Harian, Katolik, Rabu 16 Februari 2022

Bacaan Pertama: Yakobus 1:19-2

Saudara-saudara yang terkasih, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. Sebab amarah manusia tidak dibenarkan oleh Allah. Maka buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang demikian banyak itu, dan terimalah dengan lemah lembut sabda yang tertanam dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Hendaklah kalian menjadi pelaksana sabda, dan bukan hanya pendengar. Sebab jika tidak demikian, kalian menipu diri sendiri. Sebab jika orang hanya mendengar sabda saja dan tidak melakukannya, ia itu seumpama orang yang sedang mengamat-amati mukanya dalam cermin.Sesudah memandangi dirinya sesaat, ia lalu pergi, dan segera lupalah ia bagaimana rupanya.Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melaksanakannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

Kalau ada orang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Ibadah sejati dan tidak tercela di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemari oleh dunia.

Mazmur: 15:2-3ab.3cd-4ab.5 R:1b

Tuhan, siapa boleh diam di gunung-Mu yang kudus?

  1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.
  2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang-orang tercela tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.
  3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.

Bacaan Injil: Markus 8:22-26

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia menjamah dia. Yesus lalu memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di atasnya. Ia bertanya, “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, “Aku melihat orang! Kulihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan.” Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu. Maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata, “Jangan masuk ke kampung!”

Renungan

Tulisan Santo Yakobus dalam suratnya sangat jelas bahwa menjadi murid Yesus tidak sekadar menjadi pendengar sabda. Yokobus dengan tegas mengatakan bahwa hendaklah kita membuang segala kejahatan dan menerima firman dalam kerendahan hati. Pelaku sabda adalah dia yang karena firman Allah mengunjungi yatim piatu, membela para janda, dan mereka yang mengalami penderitaan.

Penegasan sebagai pelaku sabda semakin jelas dalam Injil hari ini. Perjumpaan Yesus dengan orang buta tidak berhenti pada keprihatinan dengan aneka nasihat, tetapi sampai pada sebuah tindakan nyata. Yesus menggandeng tangan si buta dan membawanya untuk disembuhkan. Si buta mengalami proses kemajuan; ia melihat orang seperti pohon. Yesus tetap mendampingi dan menyembuhkan dengan total sampai si buta sungguh-sungguh melihat dengan jelas. Sang Sabda yang menjelma sungguh nyata dengan menjadikan ia yang buta bisa melihat dengan terang dan jelas.

Kisah Injil dan ajakan Yakobus bukan sekadar sebuah cerita yang kita amini, melainkan sebuah ajakan yang harus kita wujudkan. Pelaku sabda dalam konteks sosial kita tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan dalam Surat Yokobus di mana kita mengunjungi orang jompo, membela hak para janda dan menolong yatim piatu. Dengan gerakan-gerakan nyata itulah kita sebagai umat Kristus adalah para pelaku sabda bukan hanya pendengar dan penggembira.